Sad Darsana (Filsafat Yoga)
Makalah ini dibuat untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Agama Hindu
Dosen
Pembimbing
Hj. Siti Nadroh, M.Ag
Oleh
Diana Puspasari
JURUSAN PERBANDINGAN
AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN
FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
I.
PENDAHULUAN
Ajaran Yoga sangat populer dikalangan Umat Hindu.
Adapun pembangunan ajaran ini adalah Maharsi Patanjali. Ajaran ini adalah merupakan anugrah yang luar biasa dari
Maharsi Patanjali kepada siapa saja yang ingin merasakan kehidupan rohani. Bila
kitab weda merupakan pengetahuan suci yang sifatnya teoritis, maka Yoga
merupakan ilmu yang sifatnya praktis dari ajaran Weda. Ajaran ini merupakan
bantuan bagi merekan yang ingin meningkatkan diri dalam bidang rohani.[1]
Dalam ajaran Jainisme dan Buddhisme
juga terdapat tradisi yoga. Namun dalam makalah ini pemakalah tidak akan membahas
yoga dalam ajaran tersebut tetapi fokus pada yoga dalam konteks Hinduisme saja.
II.
YOGA
A.
Pengertian Yoga
Secara etimologi, kata yoga diturunkan dari kata yuj ( sansekerta), yoke (Inggris), yang berarti ‘penyatuan’ (union). Yoga berarti
penyatuan kesadaran manusia dengan sesuatu yang lebih luhur, trasenden, lebih
kekal dan ilahi. Menurut Panini, yoga diturunkan dari akar sansekerta yuj yang memiliki tiga arti yang
berbeda, yakni: penyerapan, samadhi (yujyate) menghubungkan (yunakti), dan pengendalian (yojyanti). Namun makna kunci yang biasa dipakai adalah ‘meditasi’ (dhyana) dan penyatuan (yukti).[2]
B.
Tokoh Yoga
Pendiri dari sistem Yoga adalah Hiranyagarbha dan Yoga yang didirikan
oleh Maharsi Patanjali merupakan cabang atau tambahan dari filsafat Samkhya, yang memiliki daya tarik
tersendiri bagi para murid yang memiliki temperamen mistis dan perenungan.[3]
Tulisan pertama tentang ajaran Yoga
karya Maharsi Patanjali adalah kitab Yoga Sutra, walaupun unsur-unsur ajarannya
sudah ada jauh sebelum itu. Ajaran yoga sebenarnya sudah terdapat di dalam
kitab Smrti, demikian pula dalam Itihasa dan Purana. Setelah buku-buku Yoga
Sutra muncullah kitab-kitab Bhasya yang merupakan komentar terhadap karya
patanjali, diantaranya Bhasya Nitti oleh Bhojaraja dan lain-lain.
Komentar-komentar ini menguraikan ajaran Yoga karya Patanjali yang berbentuk
Sutra berupa kalimat pendek yang padat isinya.[4]
Sistem filsafat yang dipakai untuk
mendasari Yoga ini terang diambil dari ajaran Samkhya, karena memang filsafat
Yoga ini berhubungan erat sekali dengan Samkhya.[5] Di dalam buku Filsafat
Hindu yang di susun oleh I Wayan Maswinara dikatakan bahwa Yoga bersifat lebih
Orthodox dari pada filsafat Shamkhya, karena Yoga secara langsung mengakui
keadaan Isvara, sehingga sistem
filsafat Patanjali ini merupakan Sa-Isvara.
Samkhya,
karena adanya Isvara atau Purusa istimewa (khusus)
didalamnya, yang tak tersentuh oleh kemalangan, penderitaan, kerja keinginan
dan sebagainya. Patanjali mendirikan
sistem filsafat ini dengan latar belakang metafisika dan Samkhya menerima 25 prinsip atau Tattva dari Samkhya. Yoga
menerima pandangan metafisika dari prinsip Samkhya, tetapai lebih menekankan pada
sisi praktisnya guna realisasi dari penyatuan mutlak Purusa atau sang Diri.[6]
Kata Yoga artinya ialah hubungan.
Hubungan antara roh yang berpribadi dengan roh yang Universal yang tidak
berpribadi. Tetapi patanjali mengartikan Yoga sebagai cittawrtti nirodha yaitu menghentikan geraknya fikiran.
Roh pribadi dalam sistem Yoga memiliki
kemerdekaan yang lebih besar dan dapat mencapai pembebasan dengan bantuan
Tuhan. Kalau sistem samkhya
menetapkan bahwa pengetahuan merupakan cara untuk mencapai pembebasan, maka
dalam sistem Yoga menganggap bahwa konsentrasi, meditasi, dan Samadhi akan membawa kepada Kaivalya atau terkandung dalam
kesan-kesan dari keanekaragaman fungsi mental dan konsentrasi dari energi
mental pada Purusa yang mencerai dirinya.
Menurut Patanjali, Tuhan merupakan Purusa istimewa atau Roh khusus yang tak
terpengaruh oleh kemalangan, karma, hasil yang diperoleh dan cara memperolehnya,
pada-Nya merupakan batas tertinggi dari benih ke-Maha Tahuan. Yang tak
terkondisikan oleh waktu, yang selamanya bebas dan merupakan Guru bagi para
bijak jaman dulu.[7]
C. Yoga
Sutra
Seluruh kitab Yoga Sutra karya Patanjali terdiri atas 4 bagian yang terdiri diri 194 Sutra. Yaitu:
1.
Samadhipada
Samadhipada isinya
memuat penjelasan tentang sifat dan tujuan melaksanakan Samadhi,[8]
juga menerangkan tentang perubahan-perubahan pikiran dan pelaksanaan ajaran
Yoga.[9]
2.
Sadhanapada
Sadhanapada
isinya memuat tentang cara pelaksanaan yoga seperti cara mencapai Samadhi, tentang kedudukan, tentang
karma phala dan sebagainya.[10]
3.
Vibutipada
Virbutipada
isinya memberikan uraian tentang daya-daya supra
alami atau Siddhi yang dapat dicapai melalui pelaksanaan Yoga.[11]
4.
Kaivalyadapa
Kaivalyapada
isinya melukiskan tentang alam kelepasan dan kenyataan rokh yang mengatasi alam
duniawi.[12]atau
menggambarkan sifat dari pembebasan.
Ajaran
filsafat Yoga yang terpenting adalah citta (pikiran) citta dipandang sebagai
hasil pertama dari prakrti yang juga meliputi Ahamkara dan Manas. Didalam citta ini Purusa dipantulkan dengan
penerimaan pantulan Purusa Citta ini menjadi sadar dan berfungsi. Tiap citta
berhubungan dengan satu tubuh sehingga dengan demikian Purusa dibebaskan dari
belenggu badan dalam kehidupan sehari-hari citta disamakan dengan wrtti, yaitu bentuk-bentuk perubahan
citta dalam penyesuaian diri dengan objek pengamatan. Melalui aktifitas citta
ini, purusa tampak bertindak, bergirang atau menderita.[13]
Prubahan citta dapat
diklasifikasikan kedalam lima macam, yaitu:
1. Pramana, alat pengenalan yang
meluputi pengamatan, penyimpulan, dan kesaksian yang benar.
2.
Wiparyaya, pengetahuan
yang palsu, yang didasarkan atas gambaran yang keliru atas hal yang diamati,
yang slalu tampak sebagai Awidya
3.
Wikalpa, pengetahuan
yang berdasarkan sabda, bukan berdasarkan kenyataan. Sehingga juga mewujudkan
pengetahuan yang tidak nyata.
4.
Nidra, tidur
dan mimpi
pengamatan
yang benar hanya melalui Tripramana
aktifitas citta menimbulkan kecendrungan yang terpendam, yang selanjutnya
menimbulkan kecendrungan yang lain. Demikianlah Samsara berputar, manusia ditaklukan oleh klesa yang terdiri dari:
1.
Awidya
yaitu
pengetahuan yang salah seperti menganggap yang tidak kekal, yang bukan rokh
sebagai rokh, yang tidak suci sebagai yang suci, dan sebagainya.
2. Asmita,
(keakuan)
Yaitu
pandangan yang salah yang memandang Rokh itu sama dengan buddhi atau manah.
3. Raga
(keterikatan)
Raga
atau nafsu keinginan dan alat-alat pemuasnya.
4. Dwesa (dendam)
Dwesa
ialah kebencian atau dendam.
5. Abhiniwesa (takut terhadap kematian).
Yaitu
rasa takut pada kematian semua makhluk[15]
Untuk dapat terlepasnya Purusa dari ikatan Prakirti, seorang
harus dapat melepaskan writti yaitu
dengan melepaskan klesa, sebab klesa merupakan dasar tebentuknya karma
yang menimbulkan awidya. Jadi dalam
hidup manusia terdapat satu rangkaian yang tiada putusnya, yaitu perputaran writti dan klesa. Lepasnya ikatan dapat tercapai melalui pengendalian diri (wairagya), sehingga dapat membedakan
yang pribadi dan yang bukan pribadi. [16]
D.
Raja Yoga dan
Hatha Yoga
Yoganya Maharsi Patanjali merupakan astaga
Yoga atau Yoga dengan delapan anggota, yang mengandung disiplin pikiran dan
tenaga fisik. Hatha Yoga membahas tentang cara-cara mengendalikan badan dan
pengaturan pernafasan, yang memuncak pada Raja-Yoga, melalui sadhana yang
progresif dalam Hatha Yoga sehingga hatha Yoga merupakan tangga untuk mendaki
menuju tahapan Raja-yoga. Bila gerakan nafas dihentikan dengan cara Kumbhaka, pikiran menjadi tak tertopang
dan pemurnian badan melalui say-karma (6 kegiatan pemurnian badan) yaitu Dhauti (pembersihan perut), Basti (bentuk alami pembersihan usus), Neti (pembersihan lubang hidung) Trataka (penatapan tanpa kedip terhadap
sesuatu objek), Nauli (pengadukan isi
perut) dan kapalabhati (pelepasan
lendir melalui semacam pranayama tertentu),
serta pengendalian pernafasan merupakantujuan langsung dari Hatha-yoga. Badan
akan diberikan kesehatan, kemudahan, kekuatan dan kemantapan melaksanakan Asana, bandha dan Mudra.[17]
E.
Tujuan Yoga
Tujuan utama Yoga ialah membebaskan
manusia dari ketiga jenis penderitaan, yaitu:
1.
Yang
timbul dari kelemahan, kesalahan tingkah laku dan penyakitnya.
2.
Yang
timbul dari perhubungannya dengan makhluk-makhluk lain, seperti Harimau,
pencuri dan sebagainya.
3.
Yang
timbul dari perhubungannya dengan Alam diluar, seperti elemen-elemen dan
daya-daya abstrak, halus dan sukar diketahui.
Hal tersebut bisa
dicapai dengan cara berikut:
a.
Dengan
jalan tanpa pelekatan serta tidak terikat pada dunia, tapi tidak berarti harus
mengisolasikan dirinya.
b.
Dengan
jalan mengendalikan fikiran serta kreasi-kreasinya, agar dengan demikian
sekaligus membersihkan kesadaran yang nyata.
c.
Berusaha
mencapai penggabungan roh individu dengan roh univeral secara positif dan
mutlak. Kondisi ini dikenal sebagai samadhi
dan merupakan tujuan sejati dari Yoga.
Yogi (pengikut Yoga) berusaha mencapai keadaan bebas seluruhnya
dari roda hidup dan mati. Ia memandang Alam sebagai suatu daya kekuatan yang
bekerja dalam dua jurusan. Dari dalamnya ia berjuang untuk memisahkan, dari
luar ia berjuang untuk menggabungkan kembali. Kekuatan dalam disebut Hidup,
kekuatan luar disebut mati. Tujuan Yoga adalah menggabungkan kedua kekuatan
tersebebut.[18]
III.
KESIMPULAN
Tujuan dari pelaksanaan Yoga adalah untuk
mengajarkan roh pribadi agar dapat mencapai penyatuan yang sempurna dengan roh
tertinggi, yang dipengaruhi oleh writti atau gejolak pemikiran dari pikiran,
sehingga keadaanya menjadi jernih seperti kristal, yang tak tertawani oleh
hubungan pikiran dengan obyek-obyek duniawi.
DAFTAR PUSTAKA
·
Adiputra,
I Gede, Rudia, dkk. Tattwa Darsana. Jakarta : Yayasan Dharma Sharati, 1990.
·
Ali,
Matius. Filsafat India. Tangerang
: Sanggar Luxor, 2010.
·
Departemen
Agama Direktorat Jendral Bimbingan
Masyarakat Hindu. Dasar-Dasar Agama Hindu Jakarta : Kementrian Agama Republik
Indonesia, 2010.
·
Departemen
Agama Direktorat Jendral Bimbingan
Masyarakat Hindu dan Budha. Intisari Ajaran Hindu. Surabaya : Paramita, 2003.
·
Hadiwijono,
Harun. Filsafat India. Jakarta : Badan Penerbit Kristen, 1971.
·
Swabodhi,
Pandita, D.D. Harsa. Upamana – Pramana Buddha Dharma dan Hindu
Dharma. Medan : Yayasan
Perguruan Budaya, 1980.
[1] Direktorat Jendral Bimbingan
Masyarakat , Dasar-Dasar Agama Hindu,
(Jakarta : Kementrian Agama Republik Indonesia, 2010),hal.86
[2] Matius Ali, Filsafat India,
(tangerang: sanggar luxor), 2010.
[3] I Wayan Maswinara (yayasan Sanata Dharmasrama), Sistem Filsafat Hindu, (Surabay,Paramita),1999.hal.163
[4] I Gede Rudia adipura, I wayan Suarjaya, I Gede Sura, Ttwa Darsana, (
Jakarta : ,1990), hal.57
[5] Direktorat Jendral Bimbingan
Masyarakat , Dasar-Dasar Agama Hindu, (Jakarta : Kementrian Agama Republik
Indonesia, 2010),hal.8
[6] I Wayan Maswinara (yayasan Sanata Dharmasrama), Sistem Filsafat Hindu,
(Surabay,Paramita),1999.hal.163 - 164
[7] I Wayan Maswinara, Sistem
Filsafat Hindu (Sarva Darsana Samgraha), (Surabaya : paramita,
2006).hal.164
[8] I Wayan Maswinara (yayasan Sanata Dharmasrama), Sistem Filsafat Hindu(Surabay,Paramita),1999. Hal.164
[9] I Gede Rudia adipura, I wayan Suarjaya, I Gede Sura, Tattwa Darsana, ( Jakarta : ),1990, hal.57
[10]Departemen Agama Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat , Dasar-Dasar Agama Hindu, (Jakarta :
Kementrian Agama Republik Indonesia, 2010),hal.85
[11] I Wayan Maswinara (yayasan Sanata Dharmasrama), Sistem Filsafat
Hindu(Surabay,Paramita,1999). Hal.164
[12]Departemen Agama Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat , Dasar-Dasar
Agama Hindu, (Jakarta : Kementrian Agama Republik Indonesia, 2010),hal.85
[14] Harun Hadiwjono, Sari Filsafat India, (Jakarta : Badan Penerbit
Kristen,1971), hal. 51
[15] I Gede Rudia Adiputra, dkk, tattwa
Darsana, (Jakarta : Yayasan Dharma Sharati, 1990), hal.60
[16]Departemen Agama Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat , Dasar-Dasar Agama Hindu, (Jakarta :
Kementrian Agama Republik Indonesia, 2010),hal.86
[17] Departemen Agama
Direktorat Jendral Bimbingan
Masyarakat Hindhu dan Budha, Intisari
Ajaran Hindu, (Surabaya : Paramita, 2003), hal.205-206.
[18] Pandhita D.D. Harsa Swabodhi, Upamana-Pramana
Budha Dharma dan HinduDharma, ( Medan : Yayasan Perguruan Budaya, 1980),
hal. 22
0 komentar:
Posting Komentar